Jumat, 27 Agustus 2010

HIKMAH PUASA RAMADHAN

Wahai orang-orang yang beriman ! Diwajibkan kepada kamu puasa sebagaimana telah diwajibkan atas orang-orang yang sebelum kamu,supaya kamu menjadi orang-orang yang bertaqwa." (S.al-Baqarah:183)

PUASA menurut syariat ialah menahan diri dari segala sesuatu yang membatalkan puasa (seperti makan, minum, hubungan kelamin, dan sebagainya) semenjak terbit fajar sampai terbenamnya matahari,dengan disertai niat ibadah kepada Allah,karena mengharapkan redho-Nya dan menyiapkan diri guna meningkatkan Taqwa kepada-Nya.

RAMAHDAH bulan yang banyak mengandung Hikmah didalamnya.Alangkah gembiranya hati mereka yang beriman dengan kedatangan bulan Ramadhan. Bukan sahaja telah diarahkan menunaikan Ibadah selama sebulan penuh dengan balasan pahala yang berlipat ganda,malah dibulan Ramadhan Allah telah menurunkan kitab suci al-Quranulkarim,yang menjadi petunjuk bagi seluruh manusia dan untuk membedakan yang benar dengan yang salah.

Puasa Ramadhan akan membersihkan rohani kita dengan menanamkan perasaan kesabaran, kasih sayang, pemurah, berkata benar, ikhlas, disiplin, terthindar dari sifat tamak dan rakus, percaya pada diri sendiri, dsb.

Meskipun makanan dan minuman itu halal, kita mengawal diri kita untuk tidak makan dan minum dari semenjak fajar hingga terbenamnya matahari,karena mematuhi perintah Allah.Walaupun isteri kita sendiri, kita tidak mencampurinya diketika masa berpuasa demi mematuhi perintah Allah s.w.t.

Ayat puasa itu dimulai dengan firman Allah:"Wahai orang-orang yang beriman" dan disudahi dengan:" Mudah-mudahan kamu menjadi orang yang bertaqwa."Jadi jelaslah bagi kita puasa Ramadhan berdasarkan keimanan dan ketaqwaan.Untuk menjadi orang yang beriman dan bertaqwa kepada Allah kita diberi kesempatan selama sebulan Ramadhan,melatih diri kita,menahan hawa nafsu kita dari makan dan minum,mencampuri isteri,menahan diri dari perkataan dan perbuatan yang sia-sia,seperti berkata bohong, membuat fitnah dan tipu daya, merasa dengki dan khianat, memecah belah persatuan ummat, dan berbagai perbuatan jahat lainnya.Rasullah s.a.w.bersabda:

"Bukanlah puasa itu hanya sekedar menghentikan makan dan minum tetapi puasa itu ialah menghentikan omong-omong kosong dan kata-kata kotor."
(H.R.Ibnu Khuzaimah)

Beruntunglah mereka yang dapat berpuasa selama bulan Ramadhan, karena puasa itu bukan sahaja dapat membersihkan Rohani manusia juga akan membersihkan Jasmani manusia itu sendiri, puasa sebagai alat penyembuh yang baik. Semua alat pada tubuh kita senantiasa digunakan, boleh dikatakan alat-alat itu tidak berehat selama 24 jam. Alhamdulillah dengan berpuasa kita dapat merehatkan alat pencernaan kita lebih kurang selama 12 jam setiap harinya. Oleh karena itu dengan berpuasa, organ dalam tubuh kita dapat bekerja dengan lebih teratur dan berkesan.

Perlu diingat ibadah puasa Ramadhan akan membawa faaedah bagi kesehatan
rohani dan jasmani kita bila ditunaikan mengikut panduan yang telah ditetapkan, jika tidak maka hasilnya tidaklah seberapa malah mungkin ibadah puasa kita sia-sia sahaja.

Allah berfirman yang maksudnya:

"Makan dan minumlah kamu dan janganlah berlebih-lebihan sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan." (s.al-A'raf:31)

Nabi s.a.w.juga bersabda:

"Kita ini adalah kaum yang makan bila lapar, dan makan tidak kenyang."

Tubuh kita memerlukan makanan yang bergizi mengikut keperluan tubuh kita. Jika kita makan berlebih-lebihan sudah tentu ia akan membawa muzarat kepada kesehatan kita. Boleh menyebabkan badan menjadi gemuk, dengan mengakibatkan kepada sakit jantung, darah tinggi, penyakit kencing manis, dan berbagai penyakit lainnya. Oleh itu makanlah secara sederhana, terutama sekali ketika berbuka, mudah-mudahan Puasa dibulan Ramadhan akan membawa kesehatan bagi rohani dan jasmani kita. Insy Allah kita akan bertemu kembali.

Allah berfirman yang maksudnya: "Pada bulan Ramadhan diturunkan al-Quran
pimpinan untuk manusia dan penjelasan keterangan dari pimpinan kebenaran
itu, dan yang memisahkan antara kebenaran dan kebathilan. Barangsiapa menyaksikan (bulan) Ramadhan, hendaklah ia mengerjakan puasa.

(s.al-Baqarah:185)

Minggu, 15 Agustus 2010

PENGERTIAN KEMERDEKAAN

Pengertian Kemerdekaan

Kata kemerdekaan berasal dari kata dasar merdeka. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dapat kita temukan bahwa arti kata merdeka adalah: 1) bebas dari perhambaan, penjajahan, dsb., berdiri sendiri; 2) tidak terkena atau lepas dari tuntutan; 3) tidak terikat, tidak bergantung kepada orang atau pihak tertentu. Sedangkan kemerdekaan adalah keadaan (hal) berdiri sendiri (bebas, lepas, tidak terjajah lagi); kebebasan. Berdasarkan pengertian di atas saya mencoba menerapkan kata merdeka pada diri saya sendiri. Sudahkah saya merdeka? Jika dilihat dari pengertian pertama (bebas dari perhambaan, penjajahan, berdiri sendiri), sebagai seorang wanita, saya merasa, kadang-kadang, masih terjajah oleh keinginan-keinginan duniawi seperti pakaian dan aksesori pelengkapnya. Saya masih dibelenggu hawa nafsu saya untuk memiki barang lebih banyak dari yang saya butuhkan. Saya belum belum bebas dari penjajahan hawa nafsu saya sendiri, berarti saya belum merdeka! Dilihat dari pengertian kedua (tidak terkena atau lepas dari tuntutan), saya tidak bisa lepas dari tuntutan kewajiban seumur hidup, baik sebagai anak, istri, ibu, dan anggota masyarakat. Lagi-lagi, saya belum merdeka! Dilihat dari pengertian ketiga pun (tidak terikat, tidak bergantung kepada pihak tertentu), saya bukan orang merdeka. Sebagai seorang anak, saya masih memerlukan pendapat, saran, dan dukungan dari orang tua saya. Sebagai seorang istri, saya sangat membutuhkan perhatian, kasih sayang, dan dukungan suami. Sebagai seorang ibu, saya juga memerlukan kasih sayang dan dukungan anak-anak saya. Sebagai anggota masyarakat, saya juga membutuhkan hubungan pertemanan, persahabatan dengan anggota masyarakat lainnya. Saya masih membutuhkan orang-orang tertentu dalam kehidupan saya. Jika demikian, di mana letaknya kemerdekaan diri saya, kemerdekaan pribadi saya?

Pengertian Diri/Pribadi

Pengertian diri dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah: 1) orang seorang (terpisah dari yang lain), badan; 2) tidak dengan yang lain; 3) pelengkap kata kerja yang menyatakan bahwa penderitanya atau tujuannya adalah badan sendiri. Sedangkan pengertian pribadi adalah: 1) manusia sebagai perorangan (diri manusia atau diri sendiri); 2) keadaan manusia sebagai perseorangan, keseluruhan sifat-sifat yang merupakan watak orang. Jika dihubungkan dengan kata kemerdekaan, maka pengertian kemerdekaan diri bisa diartikan sebagai kebebasan diri sendiri —- dengan keseluruhan sifatnya sebagai manusia — dari kebergantungan pada pihak lain. Untuk mengetahui ada atau tidaknya kebergantungan kita kepada orang lain, yang harus kita lakukan lebih dahulu adalah mengetahui kelebihan dan kekurangan diri.Dengan kata lain, kita harus mengenali diri kita dahulu. Bagaimana cara kita mengenali diri? Cara mengenali diri berikut ini saya ketahui dari kursus pengembangan diri yang pernah ada di kota Bandung, yang menyebutkan bahwa pengenalan diri merupakan tahap awal dari proses pengembangan diri. Pengenalan diri dimulai dengan mendata diri secara jujur, sifat-sifat positif negatif yang kita rasakan atau miliki. Kemudian kita harus mengupayakan umpan balik dari seseorang yang dapat kita percaya (orang tua, sanak saudara, kerabat, sahabat, guru, dll) untuk mendapatkan konfirmasi yang jujur pula tentang sifat-sifat kita. Selanjutnya kita harus menerima kenyataan dengan lapang dada hasil konfirmasi tersebut, dan kita jadikan sebagai titik awal untuk memaksimalkan sifat-sifat positif dan meminimalkan sifat negatif kita. Dari uraian tentang cara mengenali diri, kita dapat melihat bahwa untuk mengenali diri kita sendiri pun kita masih memerlukan konfirmasi dari orang lain. Dengan kata lain, kita masih bergan tung kepada pihak lain. Kita belum merdeka! Lagi-lagi kita bertanya, dimana letak kemerdekaan diri kita?

Kemerdekaan Diri Sendiri

Menurut ajaran Islam yang saya pahami dan yakini, manusia sebagai makhluk ciptaan Allah SWT memunyai fitrah (titik asal, kesucian, bakat, pembawaan, KBBI) yang positif. Kita juga dibekali akal, perasaan, dan keinginan. Akal, perasaan, dan keinginan kitalah yang menjadi faktor-faktor yang akan tetap memositifkan atau menegatifkan diri kita, di samping beberapa faktor lain seperti: pendidikan, situasi dan kondisi keluarga, lingkungan tempat kita bersosialisasi. Keinginan yang ada dalam diri kita disebut juga nafsu (keinginan, kecenderungan hati yang kuat, KBBI), baik lahiriah maupun batiniah. Memunyai nafsu untuk memperoleh kehidupan lahiriah dan batiniah yang cukup merupakan hal yang wajar bagi kita. Tetapi nafsu untuk memperoleh lebih banyak dan lebih banyak lagi dari yang telah kita peroleh dan miliki, nafsu yang tidak pernah cukup, merupakan hal yang tidak wajar. Pada saat itu yang ada dalam diri kita bukan lagi nafsu, tetapi hawa nafsu (desakan hati atau keinginan yang keras untuk menurutkan hati, melepaskan marah, dsb , KBBI). Hawa nafsu untuk mendapatkan lebih banyak dan lebih banyak lagi dari yang telah kita peroleh akan terus membelenggu kita selama kita tidak berusaha untuk bebas darinya. Selama itu pula kita tidak akan pernah meraih kemerdekaan diri. Hal lain yang saya pahami dan yakini adalah, jalan hidup kita di dunia ini bergantung kepada kehendak Allah. Tetapi kehendak Allah juga bisa berubah setiap saat bergantung usaha kita dalam melaksanakan perintah-Nya, mengenal dan mendekati-Nya serta mencari ridla-Nya.Kita bisa melaksanakan perintahnya, karena kita sudah terbiasa sejak kecil dengan semua itu. Tetapi untuk mengenal dan mendekati Allah kita perlu penjelasan lain. Apalagi kita tahu bahwa kita tidak akan pernah bisa mengenal Allah, sebelum kita bisa mengenali diri kita sendiri. Dalam usaha mengenali diri sendiri, karena keterbatasan referensi, kita kembali kepada cara mengenali diri yang pernah saya ketahui. Dilihat dari teorinya, mengenali diri dengan cara mendata diri, mengupayakan umpan balik, mendapat korfirmasi, dan menerima kenyataan, tidaklah berat, tidak sulit.Tetapi jika kita praktikkan, ternyata berat dan sulit sekali!Karena ada tuntutan untuk membuka dan mengungkapkan diri secara jujur! Mampukah kita mendata secara jujur sifat/hal positif dan negatif yang ada dalam diri kita? Mampukah kita mengupayakan dan menerima umpan balik dari pihak lain, sekalipun ia adalah orang kita cintai? Mampukah kita menerima kenyataan dengan berlapang dada, bahwa diri kita tidak seperti yang kita bayangkan/rasakan? Dengan menganalogikan jargon “Kita bisa kalau kita mau”, seharusnya kita mampu/bisa melaksanakan itu semua kalau kita mau melakukannya, bukan? Semuanya bergantung pada diri kita sendiri.

Bukan hal yang mudah bagi kita untuk mendata satu-persatu secara jujur, hal-hal positif dan negatif yang kita miliki. Sebagai contoh, kita merasa diri kita hemat, lalu kita letakkan kata ‘hemat’ dalam kolom sifat positif. Tetapi pada sisi lain, kita juga merasa bahwa walaupun koleksi pakaian, tas, sepatu dan perhiasan kita sudah cukup, kita masih suka menambah koleksi barang-barang tersebut karena ingin disebut orang yang mengikuti mode. Kita jadi konsumtif. Kalau mau jujur, kita harus menghapus kata ‘hemat’ dalam kolom sifat positif dan memasukkan kata ‘boros’ dalam kolom sifat negatif. Perlu perjuangan batin yang berat untuk melakukannya. Pada tahap berikutnya, kita harus mengupayakan umpan balik dari orang lain. Pada tahap ini kita juga terbentur pada perasaan kita yang tidak ingin dan tidak suka dinilai oleh orang lain serta tidak percaya pada penilaiannya, walaupun dia adalah orang yang kita cintai dan tahu persis bagaimana kehidupan kita. Sekali lagi kita perlu perjuangan berat untuk melaluinya. Apalagi setelah itu kita harus mau menerima kenyataan bahwa sedikit banyak akan terdapat perbedaan antara apa yang kita rasakan dan dia rasakan. Lagi-lagi, dengan perjuangan batin yang berat, kita lalui tahap tersebut. Dalam usaha kita untuk mengenali diri, kita lalui setiap tahap dengan perjuangan batin yang berat. Perjuangan batin untuk melawan ketidakinginan atau ketidaksediaan kita untuk membuka diri, menyatakan apa adanya diri kita secara jujur dan menerima dengan ikhlas penilaian orang lain tentang kita. Perjuangan untuk melawan hawa nafsu kita, perjuangan untuk membebaskan diri dari belenggu hawa nafsu. Perjuangan untuk meraih kemerdekaan diri! Tetapi ketika kita berhasil mengalahkan hawa nafsu kita, kita merasakan kebahagiaan dan kenikmatan yang tiada tara, yang tidak dapat diungkapkan dengan kata-kata. Kebahagiaan karena keberhasilan kita dalam melepaskan belenggu hawa nafsu, kebahagiaan karena berhasil meraih kemerdekaan diri dari penjajahan hawa nafsu, kemerdekaan diri yang sejati! Dari uraian tersebut, akhirnya saya mendapatkan makna yang lebih baik tentang kemerdekaan. Kemerdekaan diri saya tidak lagi sekadar bebas dari belenggu penjajahan pihak lain, tetapi bebas dari belenggu penjajahan pihak lain yang ada dalam diri saya yaitu hawa nafsu dalam diri saya sendiri. Saya harus mempertahankan kemerdekaan diri saya ini seumur hidup, karena saya tahu akan ada penjajahan hawa nafsu yang lain dalam diri saya.

Tulisan ini merupakan bentuk kemerdekaan diri saya dalam arti lain, seperti yang sering kita dengar, kemerdekaan untuk menyatakan pikiran dan pendapat. Seperti teks dalam iklan di media massa, selanjutnya…… terserah Anda! Atau seperti, yang pernah saya dengar dalam salah satu ceramah Bapak Jalaluddin Rakhmat, kata penyair eksistensialis Perancis Charles Baudelaire: A votre chose, a votre guise, terserah pilihan Anda! Andapun memiliki kemerdekaan sendiri, bukan?

Jumat, 06 Agustus 2010

pengertian pancasila


Arti Pancasila berasal dari bahasa sansekerta India (kasta brahmana). sedangkan menurut Muh Yamin, dalam bahasa sansekerta , memiliki dua macam arti secara leksikal yaitu : panca : yang artinya lima, syila : vokal i pendek, yang artinya batu sendi, alas, atau dasar. Syiila vokal i panjang artinya peraturan tingkah laku yang baik atau penting.
kata kata tersebut kemudian dalam bahasa indonesia terutama bahasa jawa diartikan “susila” yang memiliki hubungan dengan moralitas. oleh karena itu secara etimologi kata “pancasila” yang dimaksud adalah istilah “pancasyila” dengan vokal i yang memiliki makna leksikal “berbatu sendi lima” atau secara harfiah “dasar yang memiliki lima unsur”. adapun istilah “pancasyiila” dengan huruf Dewanagari i bermakna “lima aturan tingkah laku yang penting”

Perkataan pancasila mula-mula terdapat dalam perpustakaan Budha India. ajaran budha bersumber pada kitab suci Tri Pitaka dan Vinaya pitaka, yang kesemuanya itu merupakan ajaran moral untuk mencapai surga. ajaran pancasila menurut Budha adalah merupakan lima aturan (larangan) atau five moral principles, yang harus ditaati dan dilaksanakan oleh para penganutnya. adapun isi lengkap larangan itu adalah :
Panatipada veramani sikhapadam samadiyani, artinya “jangan mencabut nyawa makhlum hidup” atau dilarang membunuh.
Dinna dana veramani shikapadam samadiyani, artinya “jangan mengambil barang yang tidak diberikan.” maksudnya dilarang mencuri.
Kameshu micchacara veramani shikapadam samadiyani, artinya jangan berbuat zina.
Musawada veramani shikapadam samadiyani, artinya jangan berkata bohong atau dilarang berdusta.
Sura merayu masjja pamada tikana veramani, artinya janganlah minum-minuman yang memabukkan.

nilai nilai pancasila secara intrinsik bersifat filosofis, dan di dalam kehidupan masyarakat indonesia nilai pancasila secara praktis merupakan filsafat hidup (pandangan hidup). nilai dan fungsi filsafat pancasila telah ada jauh sebelum indonesia merdeka. hal ini dibuktikan dengan sejarah majapahit (1293). pada waktu itu hindu dan budha hidup berdampingan dengan damai dalam satu kerajaan. Empu prapanca menulis “negara kertagama” (1365). dalam kitab tersebut telah terdapat istilah “pancasila”
empu tantular yang mengarang buku “sutasoma” yang di dalamnya memuat seloka yang berbunyi : “Bhineka Tunggal ika tan Hana Dharma Mangrua”, artinya walaupun berbeda namun satu jua adanya, sebab ada tidak agama yang memiliki Tuhan yang berbeda. Hal ini menunjukkan adanya realitas kehidupan agama pada saat itu, yaitu agama Hindu dan Budha. bahkan salah satu kerajaan yang menjadi kekuasaannya yaitu pasai jutru telah memeluk agama islam.
Sumpah palapa yang diucapkan Mahapatih Gadjah mada dalam sidang ratu dan para menteri di pasebahan keprabuan Majapahit pada tahun 1331, yang berisi cita-cita mempersatukan seluruh nusantara raya sebagai berikut : “Saya baru akan berhenti berpuasa makan palapa, jikalau seluruh nusantara bertakhluk di bawah kekuasaan negara, jikalau gurun, seram, tanjungpura, Haru, pahang, Dempo, Bali, Sunda, palembang, tumasik telah dikalahkan”. (Yamin ; 1960:60)
Dalam kehidupan bangsa indonesia diakui bahwa nilai pancasila adalah pandangan hidup (filsafat hidup) yang berkembang dalam sosio-budaya Indonesia. nilai pancasila dianggap sebagai nilai dasar dan puncak (sari-sari) budaya bangsa, karenanya nilai ini diyakini sebagai jiwa dan kepribadian bangsa.
sebagai ajaran filsafat, pancasila mencerminkan nilai dan pandangan mendasar dan hakiki rakyat indonesia dalam hubungannya dengan sumber kesemestaan, yakni Tuhan Yang Maha Esa sebagai asas fundamental dalam kesemestaan yang kemudian juga dijadikan fundamental kenegaraan yaitu negara berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa. demikian pula asas kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan indonesia dan seterusnya dimana nilai nilai tersebut secara bulat dan utuh mencerminkan asa kekeluargaan, cinta sesama dan cinta keadilan.
berdasarkan asa-asa fundamental ini, maka disarikan pokok-pokok ajaran filsafat pancasila menurut Lapasila IKIP Malang (yang saat ini menjadi Universitas Malang) sebagai berikut :
1. Tuhan Yang Maha Esa
2. Budinurani manusia
3. Kebenaran
4. Kebenaran dan keadilan
5. Kebenaran dan keadilan bagi bangsa Indonesia.

dalam perkembangan selanjutnya pancasila tetap tercantum dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 yang susunan sila-silanya sebagai berikut :
1. Ketuhanan Yang Maha Esa
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab
3. Persatuan Indonesia
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh Hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat indonesia

semoga sedikit pengetahuan tentang apa arti pancasila atau pengertian pancasila ini dapat bermanfaat bagi kamu yang membutuhkannya.